Rabu, 17 Juli 2013

Filled Under:

Pentingnya Waktu

14.30



sumber :http://maramissetiawan.wordpress.com/2010/12/22/ucapan-para-salaf-tentang-pentingnya-waktu/

Detik berganti menit, menit pun berganti jam, jam tak ketinggalan berganti hari, minggu, bulan, dan tahun begitu seterusnya. Tak terasa pada malam hari yang berbahagia ini, di tempat penuh berkah ini kita telah memasuki puasa ke 7 dan malam ke-8 bulan suci Ramadhan.

Pernahkah kita berfikir sejenak saudara-saudaraku ibadah apa saja yang telah kita lakukan pada bulan penuh berkah ini? Apa yg telah kita lakukan untuk meningkatkan derajat taqwa kita? Sudahkah kita menghitung beberapa huruf kalam ilahi yang kita baca, kaji, dan renungkan? Sudahkah bacaan kita ini sebanding atau lebih sedikit ketimbang perkataan kita yang kurang bermanfaat?

Sesungguhnya agama kita, Islam merupakan agama yang sangat menghargai pentingnya waktu. Setiap Hari Allah mewajibkan kita melaksanakan sholat lima waktu, setiap sholat memiliki waktu pelaksanaannya sendiri-sendiri. Kita tidak bisa melaksanakan sholat Isya ketika waktu sholat shubuh, begitupun sebaliknya tidak boleh melaksanakan sholat shubuh di waktu isya
Di bulan Ramadhan yang mulia ini kita sering melihat jadwal imsyakiyah tertera, terpampang, dan terpajang di Masjid, koran, telivisi, dan lain-lain, bahkan kita sering mendapatkan selebaran-selebaran tersebut. Jika kita sahur setelah jadwal imsyakiyah dan kita tahu akan itu maka sama saja kita telah makan maka batallah puasa. Begitu berharganya waktu dalam Islam

Karena pentingnya masalah waktu ini, sehingga Allah SWT pun sering bersumpah di dalam Alquran dengan mempergunakan kata-kata waktu. Misalnya “Demi masa.” (QS [103]: 1), “Demi waktudhuha.” (QS [93]: 1), “Demi waktumalam.” (QS [92]: 1), dan “Demi waktufajar.” (QS [89]: 1).

Bahkan salah satu khulafaurrasyidin Ali bin Abi Thalib bertutur
“Waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak memotongnya, maka ia akan memotongmu.”

Di antarawaktu yang mendapatkanperhatianAlqurandan as-sunnahadalahwaktusahur.
 “Orang-orang yang sabar, orang-orang yang jujur, orang-orang yang tunduk dan patuh (pada ketentuan Allah dan Rasul-Nya), orang-orang yang menginfakkan sebagian hartanya, dan orang-orang yang memohon ampun kepada Allah pada waktu sahur.” (QS Ali Imran [3]: 17).

Maksudnya, orang-orang yang memiliki kebiasaan atau perilaku tersebut adalah orang-orang yang akan mendapatkan keselamatan dan kesuksesan dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat nanti, salah satunya adalah dengan selalu beristighfar.

Mereka itulah orang-orang yang punya kesadaran tauhid yang tinggi kepada-Nya, kesadaran yang menempatkannya pada posisi merendahkan diri dan selalu merasa banyak dosa di hadapan-Nya. Dengan istighfarini, orang tersebut ingin membersihkan hati, pikiran, dan perilakunya dari perbuatan maksiat kepada Allah SWT. Apalagi dilakukannya pada waktu sahur, suatu waktu yang tidak banyak orang yang mampu bermunajat dan beristighfar kepada-Nya.

Salah satuamaliyah di dalam bulan Ramadhan yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW (sunnahmuakadah) adalah makan pada waktu sahur.

عن أنس رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تسحروا فإن في السحور بركة

“Makan sahurlah kamu sekalian, karena di dalamnya terdapat keberkahan.”(HR Imam Bukhari dan Muslim).

Makna keberkahan ini bukan hanya terbatas semata-mata pada makan dan minumnya, tetapi juga pada aktivitas ibadah lainnya yang dilakukan pada waktu sahur tersebut, seperti shalat tahajjud, bermunajat kepada Allah SWT, dan membaca Alquran.

Dalam sebuah hadis Qudsi digambarkan bahwa pada waktu sahur tersebut, Allah dengan para malaikat-Nya turun ke langit dunia sambil berfirman,

‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)

Namun perlu dicatat, sifat ‘turun’ dalam hadits ini jangan sampai membuat kita membayangkan Allah Ta’ala turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat ke tempat lain. Karena tentu berbeda.Yang penting kita mengimani bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam diberijulukan Ash shadiqul Mashduq (orang jujur yang diotentikasi kebenarannya oleh Allah), tanpa perlu mempertanyakan dan membayangkan bagaimana caranya.

Dari hadits ini jelas bahwa sepertiga malam yang akhirat adalah waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan, bangun di sepertiga malam akhir bukanlah hal yang berat lagi karena bersamaan dengan waktu makan sahur. Oleh karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut untuk berdoa.

Jika bangun pada waktu sahur ini dilakukan satu bulan terus-menerus, diharapkan akan menjadi suatu kebiasaan sekaligus kebutuhan bagi orang-orang yang beriman. Waktu sahur adalah waktu emas (golden time) yang sangat berharga yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin karena di dalamnya terdapat berbagai macam keberuntungan, keindahan, dan kenikmatan. Orang akan khusyu dalam bermunajat kepada Allah SWT, akan khusyu pula dalam beribadah kepada Allah SWT, dan khusyuk pula dalam berzikir kepada Allah SWT.

Oleh karena itu, mari kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya waktu sahur yang sangat berhargaini. Semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan hidup kepada kita semua. Amien.Wallahua’lam

Referensi :  http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/08/13/lpuklx-keberkahan-waktu-sahur

0 komentar:

Posting Komentar