sumber :http://maramissetiawan.wordpress.com/2010/12/22/ucapan-para-salaf-tentang-pentingnya-waktu/
Detik
berganti menit, menit pun berganti jam, jam tak ketinggalan berganti hari, minggu,
bulan, dan tahun begitu seterusnya. Tak terasa pada malam hari yang berbahagia
ini, di tempat penuh berkah ini kita telah memasuki puasa ke 7 dan malam ke-8
bulan suci Ramadhan.
Pernahkah
kita berfikir sejenak saudara-saudaraku ibadah apa saja yang telah kita lakukan
pada bulan penuh berkah ini? Apa yg telah kita lakukan untuk meningkatkan
derajat taqwa kita? Sudahkah kita menghitung beberapa huruf kalam
ilahi yang kita baca, kaji, dan renungkan? Sudahkah bacaan kita ini sebanding
atau lebih sedikit ketimbang perkataan kita yang kurang bermanfaat?
Sesungguhnya
agama kita, Islam merupakan agama yang sangat menghargai pentingnya waktu. Setiap Hari Allah mewajibkan
kita melaksanakan sholat lima waktu, setiap sholat memiliki waktu
pelaksanaannya sendiri-sendiri. Kita tidak bisa melaksanakan sholat Isya ketika
waktu sholat shubuh, begitupun sebaliknya tidak boleh melaksanakan sholat
shubuh di waktu isya
Di
bulan Ramadhan yang mulia ini kita sering melihat jadwal imsyakiyah tertera,
terpampang, dan terpajang di Masjid, koran, telivisi, dan lain-lain, bahkan
kita sering mendapatkan selebaran-selebaran tersebut. Jika kita sahur setelah
jadwal imsyakiyah dan kita tahu akan itu maka sama saja kita telah makan maka
batallah puasa. Begitu berharganya waktu dalam Islam
Karena
pentingnya masalah waktu ini, sehingga Allah SWT pun sering bersumpah di dalam
Alquran dengan mempergunakan kata-kata waktu. Misalnya “Demi masa.” (QS [103]:
1), “Demi waktudhuha.” (QS [93]: 1), “Demi waktumalam.” (QS [92]: 1), dan “Demi
waktufajar.” (QS [89]: 1).
Bahkan salah satu khulafaurrasyidin Ali bin Abi
Thalib bertutur
“Waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak
memotongnya, maka ia akan memotongmu.”
Di
antarawaktu yang mendapatkanperhatianAlqurandan as-sunnahadalahwaktusahur.
“Orang-orang
yang sabar, orang-orang yang jujur, orang-orang yang tunduk dan patuh (pada
ketentuan Allah dan Rasul-Nya), orang-orang yang menginfakkan sebagian
hartanya, dan orang-orang yang memohon ampun kepada Allah pada waktu sahur.” (QS Ali Imran [3]: 17).
Maksudnya,
orang-orang yang memiliki kebiasaan atau perilaku tersebut adalah orang-orang yang
akan mendapatkan keselamatan dan kesuksesan dalam hidupnya, baik di dunia maupun di
akhirat nanti, salah satunya adalah dengan selalu beristighfar.
Mereka itulah orang-orang
yang punya kesadaran tauhid yang tinggi kepada-Nya, kesadaran yang
menempatkannya pada posisi merendahkan diri dan selalu merasa banyak dosa di
hadapan-Nya. Dengan istighfarini, orang tersebut ingin membersihkan hati, pikiran,
dan perilakunya dari perbuatan maksiat kepada Allah SWT. Apalagi dilakukannya pada
waktu sahur, suatu waktu yang tidak banyak orang yang mampu bermunajat dan beristighfar
kepada-Nya.
Salah
satuamaliyah di dalam bulan Ramadhan yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW
(sunnahmuakadah) adalah makan pada waktu sahur.
عن أنس رضي الله عنه قال قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم تسحروا فإن في السحور بركة
“Makan
sahurlah kamu sekalian, karena di dalamnya terdapat keberkahan.”(HR Imam
Bukhari dan Muslim).
Makna keberkahan ini bukan
hanya terbatas semata-mata pada makan dan minumnya, tetapi juga pada aktivitas
ibadah lainnya yang dilakukan pada waktu sahur tersebut, seperti shalat tahajjud,
bermunajat kepada Allah SWT, dan membaca Alquran.
Dalam sebuah hadis Qudsi
digambarkan bahwa pada waktu sahur tersebut, Allah dengan para malaikat-Nya
turun ke langit dunia sambil berfirman,
‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan,
orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan
dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
Namun
perlu dicatat, sifat ‘turun’ dalam hadits ini jangan sampai membuat kita membayangkan
Allah Ta’ala turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat ke tempat lain.
Karena tentu berbeda.Yang penting kita mengimani bahwa Allah Ta’ala turun ke langit
dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
diberijulukan Ash shadiqul Mashduq (orang jujur yang diotentikasi kebenarannya oleh
Allah), tanpa perlu mempertanyakan dan membayangkan bagaimana caranya.
Dari
hadits ini jelas bahwa sepertiga malam yang akhirat adalah waktu yang
dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan, bangun di
sepertiga malam akhir bukanlah hal yang berat lagi karena bersamaan dengan waktu
makan sahur. Oleh karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut untuk
berdoa.
Jika bangun pada waktu
sahur ini dilakukan satu bulan terus-menerus, diharapkan akan menjadi suatu
kebiasaan sekaligus kebutuhan bagi orang-orang yang beriman. Waktu
sahur adalah waktu emas (golden time) yang sangat berharga yang harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin karena di dalamnya terdapat berbagai macam keberuntungan,
keindahan, dan kenikmatan. Orang akan khusyu dalam bermunajat kepada Allah SWT,
akan khusyu pula dalam beribadah kepada Allah SWT, dan khusyuk pula dalam berzikir
kepada Allah SWT.
Oleh
karena itu, mari kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya waktu sahur yang sangat berhargaini.
Semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan hidup kepada kita semua. Amien.Wallahua’lam
Referensi : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/08/13/lpuklx-keberkahan-waktu-sahur
0 komentar:
Posting Komentar