Jumat, 15 Maret 2013

Filled Under: ,

CENGRAMAN AYAM BAKAR KHAS LAMPUNG DI CIPUTAT

12.34




Hiruk pikuk kampus dengan berbagai macam aktifitasnya mulai menipis. Di sana sini mulai jarang ditemui mahasiswa menjinjing tas. Hal ini dibarengi dengan warna langit yang mulai meredup, dan semakin gelap. Sepanjang jalan ir.H.Juanda kian padat dengan warung kuliner yang menjajakan beragam makanan. Para pemburu kuliner pun keluar dari sarangnya dan siap berburu makanan malam ini.

Adalah sebuah warung Ayam Bakar Cinta yang membuat kami penasaran. Selain namanya yang unik, tempatnya yang strategis juga menjadi pemikat tersendiri. Warung yang terletak di samping Seven Eleven (Sevel) UIN Syarif Hidayatullah ini, terlihat gagah dengan penampilannya dan tata letaknya.

Sebuah tenda biru dan beberapa meja makan yang tersusun rapi menyambut kedatangan kami. Di sisi lainnya, beberapa meja belajar kecil ditata berbanjar, di bawahnya terdapat karpet biru sebagai alas untuk para pelanggan yang ingin makan dengan lesehan. Sebuah banner bewarna dasar merah juga turut menghiasi warung ini, tertulis jelas di banner tersebut nama warung.
Rasa kagum kami semakin memuncak ketika mengetahui bahwa pemilik warung ini adalah seorang pemuda seperti kami. Namanya Wilman Arif Budi Wijaya, ia menyambut dan mempersilahkan kami duduk sembari menunggu pesanan. Warung ini menjajakan nasi ayam bakar sebagai menu specialnya, selain itu masih ada hati ampela ayam dan tempe bakar. Untuk minuman, di sini disediakan es teh dan es jeruk. Harga satu porsi makanan berkisar 14.000 rupiah, sedangkan minuman seharga 4000 rupiah. Nilai lebih warung ini terletak pada sambelnya yang memiliki tiga tingkatan, ada super dahsyat, dahsyat reguler dan dahsyat saja.

Suasana Sevel yang tak kunjung sepi dan selalu buka sepanjang hari membuat warungnya kerap didatangi pengunjung Sevel. “Berjualan di sini pasarnya jelas, selain itu Sevel kurang menjual bermacam makanan berat, makanya mereka (pengunjung Sevel) kerap mampir dan makan di sini (red),”ucapnya.

Pria kelahiran Lampung, 12 Juni 1991 ini, mendirikan tenda kala senja mulai tampak di ufuk Barat. Warung ini buka mulai jam 6 sore sampai jam 3 pagi. Wilman menjajakan ayam bakar cintanya dibantu tujuh pekerja. “Untuk bumbu diproses di rumah produksi, sedangkan di sini hanya proses pembakaran ayam (red),”tandasnya.

Pencinta jus alpukat ini menuturkan, ia memasarkan dagangannya tidak hanya di tempat ini. “Selain berjualan di sini, saya juga menerima pesanan dan catering. Tidak hanya itu, saya juga menawarkan ke kantor-kantor, sekolah-sekolah, dan kolega kerjanya (red),” katanya. Hal inilah yang membedakan warungnya dengan warung yang lain.

Wilman memulai bisnis ini dari hasil kerjanya di Prudential. Ia mulai bekerja sejak April 2012, dari sana dirinya mulai mengumpulkan uang untuk merintis bisnis kuliner. “Untuk bisnis ini, modalnya tidak kecil, akhirnya saya yang sebenarnya tidak berkeinginan menjadi pegawai mulai bekerja untuk modal usaha. Setelah mencukupi, sekitar 82 juta saya membuka usaha ini,”ucap Wilman saat ditemui di standnya.

Pencinta Manchester United ini, memilih bisnis kuliner karena keuntungannya yang menjanjikan. “Gua tertarik sama ayam bakar karena bisnis kuliner ini bisa mengambil keuntungan 50% bahkan 100%, selain itu karena emang resep dari keluarga gua ayam bakar (red),”tandasnya
.
Selain menjalani bisnis kuliner, anak dari pasangan Wartono dan Nurbaeti ini, masih menyempatkan diri untuk kuliah. Wilman memutuskan untuk kuliah di Ganesha Nusantara jurusan Ekonomi. Selain itu, ia juga masih terdaftar sebagai pegawai di Prudential. “Dalam  pembagian waktu, sayatidak merasa kesulitan. Justru banyak dan padatnya kegiatan memaksa saya terlatih memanage waktu,”tuturnya.

Tidak ada jalan yang mudah menggapai kesuksesan, begitu juga dalam menjalani bisnis, sering kali ia dihadapkan pada beberapa kendala. “Sebelumnya, ada saja preman yang makan dan minum seenaknya tanpa bayar, untungnya sekarang tidak lagi. Selain itu, masalah pemula seperti saya adalah kurangnya pengalaman, mungkin dengan berjalanya waktu saya bisa mengatasinya,”ucapnya.

Dalam menggeluti warung yang belum genap berusia dua bulan ini, Wilman tetap optimis dan semangat menjalaninya. Menurutnya, modal utama seorang pemula adalah tekad kuat, harus rela capek, dan berani mengambil resiko.Terakhir, ia memiliki angan-angan untuk mempunyai pusat produksi ayam bakarnya dan mengepakan bisnisnya dengan mendirikan cabang-cabang di daerah lain.

Untuk sahabat Prime, Wilman tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang ingin berinvestasi dan menjalani bisnis bareng. Baginya, jaringan merupakan hal penting. Motivasinya sendiri yakni sebuah cerita nyata yang menjadi sinetron di layar kaca. “Tukang bubur aja bisa naik haji, masa tukang bubur gak bisa,”kata Wilman dengan wajah sumringahnya. 

0 komentar:

Posting Komentar