Adalah
sebuah warung Ayam Bakar Cinta yang membuat kami penasaran. Selain namanya yang
unik, tempatnya yang strategis juga menjadi pemikat tersendiri. Warung yang
terletak di samping Seven Eleven (Sevel) UIN Syarif Hidayatullah ini, terlihat
gagah dengan penampilannya dan tata letaknya.
Sebuah
tenda biru dan beberapa meja makan yang tersusun rapi menyambut kedatangan
kami. Di sisi lainnya, beberapa meja belajar kecil ditata berbanjar, di
bawahnya terdapat karpet biru sebagai alas untuk para pelanggan yang ingin
makan dengan lesehan. Sebuah banner bewarna dasar merah juga turut menghiasi
warung ini, tertulis jelas di banner tersebut nama warung.
Rasa
kagum kami semakin memuncak ketika mengetahui bahwa pemilik warung ini adalah
seorang pemuda seperti kami. Namanya Wilman Arif Budi Wijaya, ia menyambut dan
mempersilahkan kami duduk sembari menunggu pesanan. Warung ini menjajakan nasi
ayam bakar sebagai menu specialnya, selain itu masih ada hati ampela ayam dan
tempe bakar. Untuk minuman, di sini disediakan es teh dan es jeruk. Harga satu
porsi makanan berkisar 14.000 rupiah, sedangkan minuman seharga 4000 rupiah.
Nilai lebih warung ini terletak pada sambelnya yang memiliki tiga tingkatan,
ada super dahsyat, dahsyat reguler dan dahsyat saja.
Suasana
Sevel yang tak kunjung sepi dan selalu buka sepanjang hari membuat warungnya
kerap didatangi pengunjung Sevel. “Berjualan di sini pasarnya jelas, selain itu
Sevel kurang menjual bermacam makanan berat, makanya mereka (pengunjung Sevel)
kerap mampir dan makan di sini (red),”ucapnya.
Pria
kelahiran Lampung, 12 Juni 1991 ini, mendirikan tenda kala senja mulai tampak
di ufuk Barat. Warung ini buka mulai jam 6 sore sampai jam 3 pagi. Wilman
menjajakan ayam bakar cintanya dibantu tujuh pekerja. “Untuk bumbu diproses di
rumah produksi, sedangkan di sini hanya proses pembakaran ayam (red),”tandasnya.
Pencinta
jus alpukat ini menuturkan, ia memasarkan dagangannya tidak hanya di tempat
ini. “Selain berjualan di sini, saya juga menerima pesanan dan catering. Tidak
hanya itu, saya juga menawarkan ke kantor-kantor, sekolah-sekolah, dan kolega
kerjanya (red),” katanya. Hal inilah yang membedakan warungnya dengan warung
yang lain.
Wilman
memulai bisnis ini dari hasil kerjanya di Prudential. Ia mulai bekerja sejak
April 2012, dari sana dirinya mulai mengumpulkan uang untuk merintis bisnis
kuliner. “Untuk bisnis ini, modalnya tidak kecil, akhirnya saya yang sebenarnya
tidak berkeinginan menjadi pegawai mulai bekerja untuk modal usaha. Setelah
mencukupi, sekitar 82 juta saya membuka usaha ini,”ucap Wilman saat ditemui di
standnya.
Pencinta
Manchester United ini, memilih bisnis kuliner karena keuntungannya yang
menjanjikan. “Gua tertarik sama ayam bakar karena bisnis kuliner ini bisa
mengambil keuntungan 50% bahkan 100%, selain itu karena emang resep dari
keluarga gua ayam bakar (red),”tandasnya
.
Selain
menjalani bisnis kuliner, anak dari pasangan Wartono dan Nurbaeti ini, masih
menyempatkan diri untuk kuliah. Wilman memutuskan untuk kuliah di Ganesha
Nusantara jurusan Ekonomi. Selain itu, ia juga masih terdaftar sebagai pegawai
di Prudential. “Dalam pembagian waktu,
sayatidak merasa kesulitan. Justru banyak dan padatnya kegiatan memaksa saya
terlatih memanage waktu,”tuturnya.
Tidak
ada jalan yang mudah menggapai kesuksesan, begitu juga dalam menjalani bisnis,
sering kali ia dihadapkan pada beberapa kendala. “Sebelumnya, ada saja preman
yang makan dan minum seenaknya tanpa bayar, untungnya sekarang tidak lagi.
Selain itu, masalah pemula seperti saya adalah kurangnya pengalaman, mungkin
dengan berjalanya waktu saya bisa mengatasinya,”ucapnya.
Dalam
menggeluti warung yang belum genap berusia dua bulan ini, Wilman tetap optimis
dan semangat menjalaninya. Menurutnya, modal utama seorang pemula adalah tekad
kuat, harus rela capek, dan berani mengambil resiko.Terakhir, ia memiliki
angan-angan untuk mempunyai pusat produksi ayam bakarnya dan mengepakan
bisnisnya dengan mendirikan cabang-cabang di daerah lain.
Untuk sahabat Prime, Wilman tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang ingin berinvestasi dan menjalani bisnis bareng. Baginya, jaringan merupakan hal penting. Motivasinya sendiri yakni sebuah cerita nyata yang menjadi sinetron di layar kaca. “Tukang bubur aja bisa naik haji, masa tukang bubur gak bisa,”kata Wilman dengan wajah sumringahnya.
.
0 komentar:
Posting Komentar