Selasa, 12 Maret 2013

Filled Under:

TERJATUH UNTUK BANGKIT

00.42



Senja membentang indah di langit Cilincing, Tanjung Priok, memanjakan mata menikmatinya walau sesaat. Hiruk pikuk Pelabuhan dengan sejuta aktifitas menghiasi perjalanan, asap dan debu laksana sahabat yang menemani kami. Berbekal tekad yang membara dan secarik kertas bertuliskan alamat kios, kami tiba di tujuan. Sebuah tenda biru dan banner kuning bertuliskan “Sosis Bakar Bumbu & Es Lemon Ala Baim” menyambut kedatangan kami. Hamzah tak kalah gesit menyapa dan menyambut, letih dan lelah sepanjang perjalanan seakan hilang dan lenyap. 

Sebagai pemilik kios, Muhammad Hamzah mempersilahkan kami untuk duduk sejenak sembari beristirahat. Kios berukuran 4 kali 4 meter ini dipenuhi meja, etalase, dan bangku plastik. Etalase terletak di atas meja, di dalamnya tersusun rapi sosis-sosis yang siap dibakar dan dicicipi. Adapun kompor gas dan tabung melon diletakkan  di samping etalase. Melihat tatanan kios, kami berdentum kagum akan kerapian dan kebersihan kios.

Sampai hari ini, pria kelahiran Jakarta 30 Juli 1992 dari pasangan Drs. Husain Wahid dan Suwarni (Almh) ini, terus berjuang mengejar impiannya melanjutkan studinya ke Jepang dan menjadi dosen. Berasaskan niat, tekad yang kuat, dan dukungan dari orang tua, ia pun memulai untuk merintis kios sendiri. Kios ini berlabelkan nama Baim, Baim sendiri berasal dari nama kakaknya yang lebih dahulu memulai berjualan sosis bakar.
Setelah menyelesaikan pengabdian di Pondok Modern Al-Busyro Gontor, Amonggedo, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Hamzah merasakan waktu enggan berlalu. Hari-harinya berjalan lambat, kejenuhan dan kekosongan kerap menghampirinya. Namun, semua itu lenyap ketika kakaknya mengajaknya untuk bekerja sebagai karyawan di kiosnya. “Dari pada gak ada kerjaan, saya pun mengiyakan ajakan tersebut, sambil membantu kakak,” paparnya.

Selain menyibukan diri  membantu kakak, pengagum Ippho Santosa ini juga sibuk mengajar di SDI Uswatun Hasanah Kec. Koja, Jakarta Utara. “Waktu itu ada kelas kosong, saya ditawari ketua yayasan mengajar. Beruntung saya sudah terbiasa mengajar anak-anak kecil di Amonggedo, jadi saya tidak merasa kesulitan. Mungkin dilihatnya saya bisa, Ketua Yayasan pun menjadikan saya guru permanen dan diangkat Wali kelas,”akunya.

Segala kesibukan yang padat tersebut menjadikan hari-harinya lebih bermanfaat dan indah. Dalam menjalani aktifitas, nilai-nilai dan wejangan dari para Kiai yang didapatnya di Pondok Modern Darussalam Gontor selalu mengiringinya. Masih tergambar jelas di benaknya, sebuah kata mutiara  “Tuntutlah ilmu dari buaian ibu sampai liang lahat”. Kata singkat tersebut mengilhami Hamzah untuk tetap menuntut ilmu walaupun di tengah kesibukannya mengajar dan bekerja. 

Penikmat jus alpukat ini, memutuskan untuk mengambil perkulihan di Universitas Terbuka (UT) program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). “Jika kuliah di sana (UT), tidak terlalu menggangu jadwal mengajar dan kerja, karena setiap semester saya hanya masuk delapan kali pertemuan dalam dua bulan. Saat ini saya duduk di semester tiga,”ucapnya.

Dalam kamus kehidupan Hamzah tidak dikenal kata bermalas-malasan. Sepeninggalan sang ibu yang lebih dahulu menghadap Tuhan, ia kesepian dan merasa kesedihan. Sebagai anak terakhir dari lima bersaudara, ia merasa bukan waktunya lagi mengandalkan gaji ayahnya sebagai pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS), sekarang saatnya ia berdiri sendiri mencari nafkah untuk bertahan hidup di kerasnya Ibu Kota. Hal tersebutlah yang mendasarinya agar tidak menggeluh atas segala ujian hidup yang dialaminya. 

Sewaktu berkerja sebagai karyawan di kios kakaknya, pengagum Jackie Chan ini, tidak menyiayiakan kesepatan tersebut untuk belajar bisnis. Pengalaman kakaknya tersebut mengilhaminya untuk merintis kios sendiri suatu saat. Sampai akhirnya setelah dirasa modal cukup, diizinkan dan mendapat licence dari kakaknya, tepat tanggal 15 Maret 2012 berdiri sebuah kios Sosis Bakar Bumbu dan Es Lemon Ala Baim di jalan. Kebantenan 3 RT 2/RW 4 kec. Cilincing, Kel. Semper Timur, Tanjung Priok, Jakarta Utara.”Modal awalnya empat juta rupiah untuk membeli perlengkapan jualan sama sewa tempat. Al-hamdulillah, sebentar lagi genap satu tahun umur kios, semoga ke depannya bisa lebih lancar,”tandasnya.

Pinggiran jalan Kebantenan 3 ini cukup ramai, menjelang maghrib kerap terlihat kendaraan lalu lalang di depan kios. Warungnya pun tak sendirian di sini, tepat di kanan kiosnya ada warung nasi ayam bakar dan toko sembako di depan kios. Sesekali para pengendara melirik warung sosisnya, ada yang turun untuk mencoba dan ada juga yang pergi begitu saja. Akan tetapi, acap kali ada berhenti dan membeli sosis bakarnya. Pelanggannya pun berasal dari semua umur, anak kecil, remaja, bahkan orang tua.

Harga yang bersahabat dan beragamnya aneka sosis yang disajikan, seakan mengikat langganannya untuk membeli. Hanya butuh 1500 sampai 2000 rupiah untuk menikmati sosis bakar. Jenis-jenis sosis yang dijual yaitu : sosis ayam, sosis sapi, sosis bakso, sosis jumbo, es lemon, dan lain-lain. Sebenarnya masih ada menu hamburger, namun Hamzah merasa waktunya belum tepat untuk menambah menu baru.”Al-hamdulillah saya bisa meraup laba sekitar dua sampai tiga juta perbulan. Walaupun belum besar, saya tetap istiqomah dan sabar menjalaninya,”paparnya.

Warga Cilincing ini, menyetok sosis dari distrubutor langsung sehingga harga lebih murah. Untuk sehari biasanya bisa habis 250 tusuk lebih, sisanya disimpan di freezer, sehingga persentase kerugian jualan bisa diminimalisir. Untuk waktu buka, ia memulainya dari jam lima sore sampai jam sepuluh malam. “Proses pembakaran sosis tidak susah, sosis yang siap bakar cukup diolesi mentega kemudian di bakar diatas panci khusus sejenak. Setelah dirasa cukup matang, kemudian diolesi bumbu khusus, selanjutnya dibakar lagi. Terakhir di beri rasa manis atau pedas,”akunya sambil mempraktekan.

Tiada jalan yang mulus untuk menggapai sukses, begitu juga Hamzah, dalam memulai berdagang ia kerap mendapatkan kendala dan hambatan.”Di sini jika malam banyak pemabuk berkeliaran, etalase saya dibalikin sampai pecah. Selain itu, ada juga yang iseng merusak banner dan memutuskan arus listrik. Namun semua itu, saya anggap sebagai bumbu kehidupan. Yang penting tetap usaha dan istiqomah,”ucapnya.

Setelah berjualan selama setahun, guru muda ini memiliki angan-angan untuk membuka cabang baru dan membesarkan usahanya.”Waktu itu saya punya uang 12 juta untuk membesarkan usaha dan mendirikan cabang, namun karena belum memiliki tempat yang luas, akhirnya uang tersebut diinvestasikan. Akan tetapi, sayangnya, saya tertipu sehingga uang 12 juta tersebut lenyap begitu saja. Sehingga saya harus memulai mengumpulkan uang lagi,”tandasnya.

Penikmat film Laskar Pelangi ini, berpesan kunci awal dirinya memulai usaha. “Pertama, kita harus percaya pada kemampuan diri sendiri, kemudian jangan pernah takut bermimpi. Terpenting lagi berusaha dan tetap berusah, jangan pernah menyerah, dan harus pandai memotivasi diri untuk bangkit. Akan tetapi, semuanya tersebut masihlah kurang tanpa dibarengi doa dari diri sendiri, orang tua dan keluarga terdekat,”papar Hamzah.





 


0 komentar:

Posting Komentar