Senja membentang indah di
langit Cilincing, Tanjung Priok, memanjakan mata menikmatinya walau sesaat.
Hiruk pikuk Pelabuhan dengan sejuta aktifitas menghiasi perjalanan, asap dan
debu laksana sahabat yang menemani kami. Berbekal tekad yang membara dan
secarik kertas bertuliskan alamat kios, kami tiba di tujuan. Sebuah tenda biru
dan banner kuning bertuliskan “Sosis Bakar Bumbu & Es Lemon Ala Baim” menyambut
kedatangan kami. Hamzah tak kalah gesit menyapa dan menyambut, letih dan lelah
sepanjang perjalanan seakan hilang dan lenyap.
Sebagai pemilik kios,
Muhammad Hamzah mempersilahkan kami untuk duduk sejenak sembari beristirahat.
Kios berukuran 4 kali 4 meter ini dipenuhi meja, etalase, dan bangku plastik. Etalase
terletak di atas meja, di dalamnya tersusun rapi sosis-sosis yang siap dibakar
dan dicicipi. Adapun kompor gas dan tabung melon diletakkan di samping etalase. Melihat tatanan kios, kami
berdentum kagum akan kerapian dan kebersihan kios.
Sampai hari ini, pria
kelahiran Jakarta 30 Juli 1992 dari pasangan Drs. Husain Wahid dan Suwarni
(Almh) ini, terus berjuang mengejar impiannya melanjutkan studinya ke Jepang dan
menjadi dosen. Berasaskan niat, tekad yang kuat, dan dukungan dari orang tua, ia
pun memulai untuk merintis kios sendiri. Kios ini berlabelkan nama Baim, Baim
sendiri berasal dari nama kakaknya yang lebih dahulu memulai berjualan sosis
bakar.
Setelah menyelesaikan
pengabdian di Pondok Modern Al-Busyro Gontor, Amonggedo, Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara, Hamzah merasakan waktu enggan berlalu. Hari-harinya berjalan
lambat, kejenuhan dan kekosongan kerap menghampirinya. Namun, semua itu lenyap
ketika kakaknya mengajaknya untuk bekerja sebagai karyawan di kiosnya. “Dari
pada gak ada kerjaan, saya pun mengiyakan ajakan tersebut, sambil membantu
kakak,” paparnya.
Selain menyibukan
diri membantu kakak, pengagum Ippho
Santosa ini juga sibuk mengajar di SDI Uswatun Hasanah Kec. Koja, Jakarta
Utara. “Waktu itu ada kelas kosong, saya ditawari ketua yayasan mengajar. Beruntung
saya sudah terbiasa mengajar anak-anak kecil di Amonggedo, jadi saya tidak merasa
kesulitan. Mungkin dilihatnya saya bisa, Ketua Yayasan pun menjadikan saya guru
permanen dan diangkat Wali kelas,”akunya.
Segala kesibukan yang
padat tersebut menjadikan hari-harinya lebih bermanfaat dan indah. Dalam
menjalani aktifitas, nilai-nilai dan wejangan dari para Kiai yang didapatnya di
Pondok Modern Darussalam Gontor selalu mengiringinya. Masih tergambar jelas di
benaknya, sebuah kata mutiara “Tuntutlah
ilmu dari buaian ibu sampai liang lahat”. Kata singkat tersebut mengilhami
Hamzah untuk tetap menuntut ilmu walaupun di tengah kesibukannya mengajar dan
bekerja.
Penikmat jus alpukat ini, memutuskan
untuk mengambil perkulihan di Universitas Terbuka (UT) program studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD). “Jika kuliah di sana (UT), tidak terlalu menggangu
jadwal mengajar dan kerja, karena setiap semester saya hanya masuk delapan kali
pertemuan dalam dua bulan. Saat ini saya duduk di semester tiga,”ucapnya.
Dalam kamus kehidupan
Hamzah tidak dikenal kata bermalas-malasan. Sepeninggalan sang ibu yang lebih
dahulu menghadap Tuhan, ia kesepian dan merasa kesedihan. Sebagai anak terakhir
dari lima bersaudara, ia merasa bukan waktunya lagi mengandalkan gaji ayahnya sebagai
pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS), sekarang saatnya ia berdiri sendiri
mencari nafkah untuk bertahan hidup di kerasnya Ibu Kota. Hal tersebutlah yang
mendasarinya agar tidak menggeluh atas segala ujian hidup yang dialaminya.
Sewaktu berkerja sebagai
karyawan di kios kakaknya, pengagum Jackie Chan ini, tidak menyiayiakan
kesepatan tersebut untuk belajar bisnis. Pengalaman kakaknya tersebut
mengilhaminya untuk merintis kios sendiri suatu saat. Sampai akhirnya setelah dirasa
modal cukup, diizinkan dan mendapat licence dari kakaknya, tepat tanggal
15 Maret 2012 berdiri sebuah kios Sosis Bakar Bumbu dan Es Lemon Ala Baim di
jalan. Kebantenan 3 RT 2/RW 4 kec. Cilincing, Kel. Semper Timur, Tanjung Priok,
Jakarta Utara.”Modal awalnya empat juta rupiah untuk membeli perlengkapan
jualan sama sewa tempat. Al-hamdulillah, sebentar lagi genap satu tahun umur
kios, semoga ke depannya bisa lebih lancar,”tandasnya.
Pinggiran jalan Kebantenan
3 ini cukup ramai, menjelang maghrib kerap terlihat kendaraan lalu lalang di
depan kios. Warungnya pun tak sendirian di sini, tepat di kanan kiosnya ada
warung nasi ayam bakar dan toko sembako di depan kios. Sesekali para pengendara
melirik warung sosisnya, ada yang turun untuk mencoba dan ada juga yang pergi
begitu saja. Akan tetapi, acap kali ada berhenti dan membeli sosis bakarnya.
Pelanggannya pun berasal dari semua umur, anak kecil, remaja, bahkan orang tua.
Harga yang bersahabat dan
beragamnya aneka sosis yang disajikan, seakan mengikat langganannya untuk
membeli. Hanya butuh 1500 sampai 2000 rupiah untuk menikmati sosis bakar. Jenis-jenis
sosis yang dijual yaitu : sosis ayam, sosis sapi, sosis bakso, sosis jumbo, es
lemon, dan lain-lain. Sebenarnya masih ada menu hamburger, namun Hamzah merasa
waktunya belum tepat untuk menambah menu baru.”Al-hamdulillah saya bisa meraup
laba sekitar dua sampai tiga juta perbulan. Walaupun belum besar, saya tetap
istiqomah dan sabar menjalaninya,”paparnya.
Warga Cilincing ini, menyetok
sosis dari distrubutor langsung sehingga harga lebih murah. Untuk sehari
biasanya bisa habis 250 tusuk lebih, sisanya disimpan di freezer, sehingga
persentase kerugian jualan bisa diminimalisir. Untuk waktu buka, ia memulainya
dari jam lima sore sampai jam sepuluh malam. “Proses pembakaran sosis tidak
susah, sosis yang siap bakar cukup diolesi mentega kemudian di bakar diatas
panci khusus sejenak. Setelah dirasa cukup matang, kemudian diolesi bumbu
khusus, selanjutnya dibakar lagi. Terakhir di beri rasa manis atau pedas,”akunya
sambil mempraktekan.
Tiada jalan yang mulus
untuk menggapai sukses, begitu juga Hamzah, dalam memulai berdagang ia kerap
mendapatkan kendala dan hambatan.”Di sini jika malam banyak pemabuk berkeliaran,
etalase saya dibalikin sampai pecah. Selain itu, ada juga yang iseng merusak
banner dan memutuskan arus listrik. Namun semua itu, saya anggap sebagai bumbu
kehidupan. Yang penting tetap usaha dan istiqomah,”ucapnya.
Setelah berjualan selama
setahun, guru muda ini memiliki angan-angan untuk membuka cabang baru dan
membesarkan usahanya.”Waktu itu saya punya uang 12 juta untuk membesarkan usaha
dan mendirikan cabang, namun karena belum memiliki tempat yang luas, akhirnya
uang tersebut diinvestasikan. Akan tetapi, sayangnya, saya tertipu sehingga
uang 12 juta tersebut lenyap begitu saja. Sehingga saya harus memulai
mengumpulkan uang lagi,”tandasnya.
Penikmat film Laskar
Pelangi ini, berpesan kunci awal dirinya memulai usaha. “Pertama, kita harus
percaya pada kemampuan diri sendiri, kemudian jangan pernah takut bermimpi.
Terpenting lagi berusaha dan tetap berusah, jangan pernah menyerah, dan harus
pandai memotivasi diri untuk bangkit. Akan tetapi, semuanya tersebut masihlah
kurang tanpa dibarengi doa dari diri sendiri, orang tua dan keluarga
terdekat,”papar Hamzah.
0 komentar:
Posting Komentar