sumber foto : viva.bola.com
Aku menyongsong hari ini dengan semangat,
semangatku mengebu-gebu seakan hendak tumpah dan jatuh membasahi pakaianku.
Pagi hari yang indah ditemani kopi nan-sedap, sambil menyerut kopi hitam aku
“menekan” tombol remote mencari channel televisi yang kucari. Ku pandangi kotak
hitam ini, ia terlihat anggun dengan penampilannya dan kerampingannya ditambah
lagi kotak berukuran 21 inchi menjadi “teman setia” anak kontrakan. Ia selalu
menjadi pelipur lara di saat duka dan kegalauan melanda kamar, menjadi pemecah
kesunyian malam, menjadi pusat informasi, dan seabrek manfaat lainnya.
Sebuah rencana terlahir dari benak-ku, aku
ingin bertemu teman masa kecilku di Depok. Teman aku menjalani masa anak-anak,
teman sekolah dasarku, teman seperjuangan di tanah rantau, dan teman
se-almameter-ku. Aku pun beranjak mencari gadget kecilku, handphone SAMSUNG touch screen, lalu
aku pun menulis sebuah pesan :
“Bu Ustdzah... hari
ni bise k ketemuan..??” bunyi SMS-ku
Sejurus kemudian
masuk sebuah balasan dari SMS-ku “Di mana.?”. Jawab meta
“ Di Depoklah kan dekat, bise tak..??” tandasku
“ Di Depoklah kan dekat, bise tak..??” tandasku
“Di tempat Zakia
saja, bagaimana?” balas Meta
“Boleh, tar aku kabarkan lagi ya” ucapku
“Boleh, tar aku kabarkan lagi ya” ucapku
“Yapz, Insya Allah
rend” Balasnya
Akhirnya kami memutuskan untuk bertemu di
kost Zakia, dengan senang hati aku pun meng-iya-kan pertemuan ini. Tapi, dalam
benakku timbul rasa ragu untuk melakukan perjalanan, hal ini dikarenakan
semalam motorku sepertinya mengalami sedikit ganguan. Namun, aku menepis
perasaan ragu tersebut dan menganggapnya hal sepele dan menghiraukannya.
Singkat kata, singkat cerita waktu pun
bergulir cepat. Tanpa terasa sore datang menghampiri hariku, aku pun bergegas mempersiapkan
pertemuan ini. Ku ambil handuk biruku, ku angkat kaki menuju kamar mandi, dan
akupun membasuh serta membersihkan
badanku. Sebelum berangkat ku kirim sebuah pesan
singkat kepada Meta “Bagaimana met, jadikan? Aku sekarang dalam perjalanan.”
Sengaja aku mengirim pesan ini padahal aku
masih di kontrakan, sebenarnya aku punya rencana lain tuk berkunjung ke kost
teman di kawasan Pejaten, Pasar Minggu. Namun, tak lama kemudian sebuah pesan
balasan masuk “ Tidak bisa ren, kata Zakia dia mau ujian besok, terus kuliah
seharian, trus klo malam ni pun tak bise aku mau ke beji tempat teman aku, ada
acara mendadak, sorry ya Rend :) ” bunyi pesan Meta.
Hancur hatiku, pecah perasaan hati, ia
terburai menjadi kepingan-kepingan kecil yang berserakan di tanah. Kekesalan
yang tak menetu dan tak tenterudu, sebuah rasa kecewa akan ketidakkonsistenan
sahabatku ini. Tapi, dalam kemarahan ini aku memaafkannya, aku sadar aku juga
salah, kenapa tidak aku konfirmasi dari tadi siang. Apa daya mungkin Tuhan
belum menghendaki aku berjumpa dengannya. Aku berfikir sejenak, mencoba
membersihkan fikiran, mencoba berfikir jernih, dan jangan termakan emosi.
Dengan segenap hati yang kesal sesaat aku pun melupakan “janji semu” ini.
Akhirnya,
aku membalas pesan Meta “ Slow jak Met, pergi saja aku tadak marah bah,
kapan-kapan masih bisa ketemuan koq, oce... “
“Sekali
lagi sorry ya, jangan ngamok ren... #piss J” isi pesan Meta.
Selanjutnya, aku beranjak ke rencana
selanjutnya Pejaten, ya itulah tujuan aku setelah ini. Aku pun bersiap menghidupkan
motor, ku dorong motor menjauhi kontrakan lalu ku starter motorku, ia tetap tak
mau hidup. Aku heran kenapa “istri pertamaku” tak menyala, aku mendidirkannya
dan men-standar-kan kedua kakinya. Ku kayuh lagi “istriku” ini tetap tak
menyala, ku tarik choke di kiri stang
motor, lalu ku kayuh lagi dan untuk sekian kalinya tak menyala. Tambah lagi
kekesalanku, “Les Blues-ku” tak bersahabat, ia seakan butuh perhatian lebih,
sepertinya ia juga kecewa dengan perlakuanku selama ini yang terkesan “acuh tak
acuh” kepadanya.
Aku mendorong lagi “Les Blues” mencari
bengkel terdekat dengan kontrakan, berjalan aku ke Selatan Ciputat, ku
menyusuri jalan di depan Asrama Kedokteran. Keluarnya dari gang, aku melihat
sebuah bengkel kecil di kiri jalan menuju Legoso. Saya mendatangi bengkel ini, menghampiri
pemilik bengkel aku mengutarakan masalah motorku.
“Kenapa
bang, apa masalahnya?” tanya sang pemilik.
“Gini
bang, motornya gak mau nyala sepertinya karbulator kotor” ucapku.
“Hummb,
tunggunya kita cek dulu” tandasnya.
Tak lama kemudian, sang pemilik memangil
pekerjanya untuk mengotak-atik motorku. Ia membuka spartbor kanan dan kiri,
tangannya mulai sibuk mempreteli baut, di tangannya ada sebuah obeng bunga dan
seabrek perkakas lainnya. Satu per satu baut dicopot, spartbor kanan dan
kiripun di lepas dari “singgasananya”. Perhatian pertamanya langsung menuju kalbulator,
ia pun mencabut dan membersihkannya dengan air khusus. Selebihnya aku tak
terlalu paham akan permasalahan ini, aku hanya terpaku diam melihat dia bekerja
sibuk. Dalam penantianku, aku hanya berharap semoga masalah motorku bisa
selesai, dan aku dapat melanjutkan perjalanan menuju Pejaten. Berikut beberapa
dokumentasi perbaikan “Les Blues-ku”.
Waktu menunjukan pukul 17.15, motorku
masih belum sehat, tampaknya “istriku” terjangkit penyakit akut dan parah.
Rasa penarasan timbul, aku pun bertanya
“Bagaimana bang, udah baikan?”
“Udah ni bang motornya bisa hidup, tapi
untuk jalan masih belum bisa ini masalah mesin sepertinya.” jawab teknikal
mesin
Secarik senyuman dan sebuah kebahagian
timbul dari diriku, aku optimis motorku bisa jalan. Namun, apa daya aku mencoba
mengkayuh dan terus mengkayuh, motorku bisa hidup dan bisa digas. Ketika aku
memasukan gigi motorku kembali mati, begitu dan begitu seterusnya, aku mencoba
dan terus mencoba, tapi tetap saja motorku tidak bisa jalan. Akhirnya aku
memutuskan untuk membatalkan perjalanan ke Pejaten.
Selanjutnya, aku menelepon Ilhamsyah mohon
bantuan untuk men-stunt-kan motorku. Tak lama setelah itu, Ilhamsyah datang
lalu memberitahuku bahwa pada malam hari bengkel resmi Honda tutup. Akhirnya,
kami menuntut motor masing-masing menuju kontrakan dan melanjutkan percakapan
tentang Timnas Indonesia.
Aku pun teringat akan sebuah pertandingan
penting antara “Garuda Merah” Vs “Harimau Malaya”, sebuah pertandingan sarat
emosi, perang urat nadi, pertandingan yang menentukan tiket Semifinal. Aku
bertanya dalam diriku, akankah Garudaku melesat jauh ke angkasa atau ia akan
tengelam ke dasar lautan tergigit oleh taring sang Harimau. Sebuah perasaan
kecewa timbul dalam benakku, adanya dualisme kepengurusan sepakbola Indonesia
membuat timnas Garuda tidak segagah dahulu, ia tak garang dengan cakarnya,
matanya pun tak setajam dulu, kecepatannya untuk menyerang mangsanya tak
secepat kilat lagi, ia bak Garuda yang rapuh dan termakan usia. Namun, dibalik
kekesalanku aku tetap menaruh sejuta harapan dan ratusan doa untuk Timnas
semoga Tuhan memberikan hasil terbaik bagi tim kebanggaan Indonesia.
Sambil menundukan kepala aku tiba di
kontrakan, kekecewaan aku didasari atas rasa penyesalan kenapa aku meremehkan
hal sepele? Kenapa aku acuh tak acuh kepada barangku sendiri? Dari pada
menyesali perbuatanku, aku bergegas menuju kamar dan duduk manis menunggu
Timnas Garuda bertanding. Kamarku kali ini kedatangan tamu abadi, namanya
Ilhamsyah, ia kerap datang dan menginap di kontrakan. Tak terkecuali malam
penuh kekesalan ini, dia merasa nyaman untuk mendukung Timnas bersama kami. Ku
lihat jam di handphoneku, waktu menunjukan pukul 19.45, angka cantik sesuai
dengan kemerdekaan Indonesia. Tanganku sibuk mencari remote dan menganti
channel sambil berharap dengan antena kecil ini TV hitamku dapat menangkap
gambar bagus. Al-hamdulillah “kotok hitam” dapat menyiarkan siaran secara
langsung, dan peluit panjang tanda pertandingan pun dimulai.
Seperti dikutip dari http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/piala-aff Pada awal-awal
permainan Indonesia mampu mengurung Malaysia di setengah lapangan. Namun,
Timnas Garuda justru kecolongan gol lebih awal. Secara mengejutkan, pada menit
ke-27, Azammuddin bin Mohd Akil berhasil membobol gawang Timnas Garuda.
Gol pertama untuk Harimau Malaya itu berawal dari umpan Mahali Jasuli di sisi
kiri pertahanan Indonesia yang ditanduk dengan sempurna oleh Azamuddin yang
datang dari sisi kanan.
Bukannya, malah bisa membalas namun tiga
menit berselang justru Malaysia menambah pundi-pundi gol. Pada menit ke-30,
Mahali Jasuli mampu mengoyak gawang Timnas. Gol kedua bagi Malaysia tercipta
berkat umpan terobosan Wan Zack berhasil didapatkan Mahali yang menusuk
langsung sampai garis gawang dan menaklukan Wahyu Tri Nugroho. Dua gol sudah
Malaysia memimpin pertandingan di Stadion Bukit Jalil ini. Tak berselang lama,
peluit panjang tanda pertandingan babak pertama pun bertiup waktuny pemain
memasuki ruang ganti.
Adapun pada babak kedua Indonesia tetap tak
mampu menghadapi “Sang Harimau”, walaupun Indonesia memiliki beberapa peluang
emas. Namun, tak ada satupun diantara peluang itu yang berhasil dimanfaatkan
menjadi sebuah gol. Akhirnya, Indonesia pun tersingkir dan tak mampu melangkah
ke semifinal setelah dikalahkan Malaysia 2-0 pada pertandingan Piala AFF 2012
Grup B di Stadion Bukit Jalil Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu. Dengan hasil ini,
Malaysia bersama dengan Singapura melenggang ke Semifinal. Singapura berhasil
mengalahkan Laos 4-2, setelah sebelumnya sempat ketinggalan 2-0.
Lengkap sudah penderitaanku malam ini,
setelah motor ngambek, gagal pergi ke Pejaten, kemudian Timnas Garuda takluk
dari Malaysia. Sudah jatuh tertimpa tangga kena sambar petir lagi, mungkin ini
ungkapan yang lengkap untuk malam minggu kelabuku. This is my Gloomy Sunday.
Namun ada sebuah pelajaran yang dapat aku petik dari perjalanan hari ini :
“Barang siapa yang tahu jauhnya perjalanan,
hendaklah dia bersiap diri.”
“Segala dimensi kehidupan akan rusak dan
hancur apabila dimasuki tokoh politik yang kejam, begitu pula PSSI Vs KPSI
dualisme yang tak berkesudahan dan hanya mementingkan egonya masing-masing.”
Belum hilang kesedihan akan gagalnya
Timnas, pada malam yang sama Arsenal-ku takluk di kandang sendiri. Swansea,
itulah tim yang mengalahkan “Si Gudang Peluru” di Stadion Emirates melalui dua
gol cepat pada menit-menit akhir pertandingan. Dua gol Michu berhasil mengkecoh
Szcesny, tambah lengkap sudah “Gloomy Sunday-ku.” Dengan beribu kekesalan aku
menutup hari ini dan mengakhirinya, aku pun tidur teryenyak sambil berharap
besok aku bisa menyervice motor secepatnya.
0 komentar:
Posting Komentar