Sabtu, 01 Desember 2012

Filled Under:

DUA MERAH YANG MERANA

22.30




sumber foto : viva.bola.com

Aku menyongsong hari ini dengan semangat, semangatku mengebu-gebu seakan hendak tumpah dan jatuh membasahi pakaianku. Pagi hari yang indah ditemani kopi nan-sedap, sambil menyerut kopi hitam aku “menekan” tombol remote mencari channel televisi yang kucari. Ku pandangi kotak hitam ini, ia terlihat anggun dengan penampilannya dan kerampingannya ditambah lagi kotak berukuran 21 inchi menjadi “teman setia” anak kontrakan. Ia selalu menjadi pelipur lara di saat duka dan kegalauan melanda kamar, menjadi pemecah kesunyian malam, menjadi pusat informasi, dan seabrek manfaat lainnya.

Sebuah rencana terlahir dari benak-ku, aku ingin bertemu teman masa kecilku di Depok. Teman aku menjalani masa anak-anak, teman sekolah dasarku, teman seperjuangan di tanah rantau, dan teman se-almameter-ku. Aku pun beranjak mencari gadget  kecilku, handphone SAMSUNG touch screen, lalu aku pun menulis sebuah pesan :

“Bu Ustdzah... hari ni bise k ketemuan..??” bunyi SMS-ku
Sejurus kemudian masuk sebuah balasan dari SMS-ku “Di mana.?”. Jawab meta
“ Di Depoklah kan dekat, bise tak..??” tandasku
“Di tempat Zakia saja, bagaimana?” balas Meta
“Boleh, tar aku kabarkan lagi ya” ucapku
“Yapz, Insya Allah rend” Balasnya

Akhirnya kami memutuskan untuk bertemu di kost Zakia, dengan senang hati aku pun meng-iya-kan pertemuan ini. Tapi, dalam benakku timbul rasa ragu untuk melakukan perjalanan, hal ini dikarenakan semalam motorku sepertinya mengalami sedikit ganguan. Namun, aku menepis perasaan ragu tersebut dan menganggapnya hal sepele dan menghiraukannya.

Singkat kata, singkat cerita waktu pun bergulir cepat. Tanpa terasa sore datang menghampiri hariku, aku pun bergegas mempersiapkan pertemuan ini. Ku ambil handuk biruku, ku angkat kaki menuju kamar mandi, dan akupun  membasuh serta membersihkan badanku. Sebelum berangkat ku kirim sebuah pesan singkat kepada Meta “Bagaimana met, jadikan? Aku sekarang dalam perjalanan.”

Sengaja aku mengirim pesan ini padahal aku masih di kontrakan, sebenarnya aku punya rencana lain tuk berkunjung ke kost teman di kawasan Pejaten, Pasar Minggu. Namun, tak lama kemudian sebuah pesan balasan masuk “ Tidak bisa ren, kata Zakia dia mau ujian besok, terus kuliah seharian, trus klo malam ni pun tak bise aku mau ke beji tempat teman aku, ada acara mendadak, sorry ya Rend  :) ” bunyi pesan Meta.

Hancur hatiku, pecah perasaan hati, ia terburai menjadi kepingan-kepingan kecil yang berserakan di tanah. Kekesalan yang tak menetu dan tak tenterudu, sebuah rasa kecewa akan ketidakkonsistenan sahabatku ini. Tapi, dalam kemarahan ini aku memaafkannya, aku sadar aku juga salah, kenapa tidak aku konfirmasi dari tadi siang. Apa daya mungkin Tuhan belum menghendaki aku berjumpa dengannya. Aku berfikir sejenak, mencoba membersihkan fikiran, mencoba berfikir jernih, dan jangan termakan emosi. Dengan segenap hati yang kesal sesaat aku pun melupakan “janji semu” ini.

Akhirnya, aku membalas pesan Meta “ Slow jak Met, pergi saja aku tadak marah bah, kapan-kapan masih bisa ketemuan koq, oce... “  
“Sekali lagi sorry ya, jangan ngamok ren... #piss J” isi pesan Meta.

Selanjutnya, aku beranjak ke rencana selanjutnya Pejaten, ya itulah tujuan aku setelah ini. Aku pun bersiap menghidupkan motor, ku dorong motor menjauhi kontrakan lalu ku starter motorku, ia tetap tak mau hidup. Aku heran kenapa “istri pertamaku” tak menyala, aku mendidirkannya dan men-standar-kan kedua kakinya. Ku kayuh lagi “istriku” ini tetap tak menyala, ku tarik choke di  kiri stang motor, lalu ku kayuh lagi dan untuk sekian kalinya tak menyala. Tambah lagi kekesalanku, “Les Blues-ku” tak bersahabat, ia seakan butuh perhatian lebih, sepertinya ia juga kecewa dengan perlakuanku selama ini yang terkesan “acuh tak acuh” kepadanya.

Aku mendorong lagi “Les Blues” mencari bengkel terdekat dengan kontrakan, berjalan aku ke Selatan Ciputat, ku menyusuri jalan di depan Asrama Kedokteran. Keluarnya dari gang, aku melihat sebuah bengkel kecil di kiri jalan menuju Legoso. Saya mendatangi bengkel ini, menghampiri pemilik bengkel aku mengutarakan masalah motorku.

“Kenapa bang, apa masalahnya?” tanya sang pemilik.
“Gini bang, motornya gak mau nyala sepertinya karbulator kotor” ucapku.
“Hummb, tunggunya kita cek dulu” tandasnya.

Tak lama kemudian, sang pemilik memangil pekerjanya untuk mengotak-atik motorku. Ia membuka spartbor kanan dan kiri, tangannya mulai sibuk mempreteli baut, di tangannya ada sebuah obeng bunga dan seabrek perkakas lainnya. Satu per satu baut dicopot, spartbor kanan dan kiripun di lepas dari “singgasananya”. Perhatian pertamanya langsung menuju kalbulator, ia pun mencabut dan membersihkannya dengan air khusus. Selebihnya aku tak terlalu paham akan permasalahan ini, aku hanya terpaku diam melihat dia bekerja sibuk. Dalam penantianku, aku hanya berharap semoga masalah motorku bisa selesai, dan aku dapat melanjutkan perjalanan menuju Pejaten. Berikut beberapa dokumentasi perbaikan “Les Blues-ku”.




Waktu menunjukan pukul 17.15, motorku masih belum sehat, tampaknya “istriku” terjangkit penyakit akut dan parah.

Rasa penarasan timbul, aku pun bertanya “Bagaimana bang, udah baikan?”
“Udah ni bang motornya bisa hidup, tapi untuk jalan masih belum bisa ini masalah mesin sepertinya.” jawab teknikal mesin

Secarik senyuman dan sebuah kebahagian timbul dari diriku, aku optimis motorku bisa jalan. Namun, apa daya aku mencoba mengkayuh dan terus mengkayuh, motorku bisa hidup dan bisa digas. Ketika aku memasukan gigi motorku kembali mati, begitu dan begitu seterusnya, aku mencoba dan terus mencoba, tapi tetap saja motorku tidak bisa jalan. Akhirnya aku memutuskan untuk membatalkan perjalanan ke Pejaten.

Selanjutnya, aku menelepon Ilhamsyah mohon bantuan untuk men-stunt-kan motorku. Tak lama setelah itu, Ilhamsyah datang lalu memberitahuku bahwa pada malam hari bengkel resmi Honda tutup. Akhirnya, kami menuntut motor masing-masing menuju kontrakan dan melanjutkan percakapan tentang Timnas Indonesia. 

Aku pun teringat akan sebuah pertandingan penting antara “Garuda Merah” Vs “Harimau Malaya”, sebuah pertandingan sarat emosi, perang urat nadi, pertandingan yang menentukan tiket Semifinal. Aku bertanya dalam diriku, akankah Garudaku melesat jauh ke angkasa atau ia akan tengelam ke dasar lautan tergigit oleh taring sang Harimau. Sebuah perasaan kecewa timbul dalam benakku, adanya dualisme kepengurusan sepakbola Indonesia membuat timnas Garuda tidak segagah dahulu, ia tak garang dengan cakarnya, matanya pun tak setajam dulu, kecepatannya untuk menyerang mangsanya tak secepat kilat lagi, ia bak Garuda yang rapuh dan termakan usia. Namun, dibalik kekesalanku aku tetap menaruh sejuta harapan dan ratusan doa untuk Timnas semoga Tuhan memberikan hasil terbaik bagi tim kebanggaan Indonesia.

Sambil menundukan kepala aku tiba di kontrakan, kekecewaan aku didasari atas rasa penyesalan kenapa aku meremehkan hal sepele? Kenapa aku acuh tak acuh kepada barangku sendiri? Dari pada menyesali perbuatanku, aku bergegas menuju kamar dan duduk manis menunggu Timnas Garuda bertanding. Kamarku kali ini kedatangan tamu abadi, namanya Ilhamsyah, ia kerap datang dan menginap di kontrakan. Tak terkecuali malam penuh kekesalan ini, dia merasa nyaman untuk mendukung Timnas bersama kami. Ku lihat jam di handphoneku, waktu menunjukan pukul 19.45, angka cantik sesuai dengan kemerdekaan Indonesia. Tanganku sibuk mencari remote dan menganti channel sambil berharap dengan antena kecil ini TV hitamku dapat menangkap gambar bagus. Al-hamdulillah “kotok hitam” dapat menyiarkan siaran secara langsung, dan peluit panjang tanda pertandingan pun dimulai.

Seperti dikutip dari http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/piala-aff Pada awal-awal permainan Indonesia mampu mengurung Malaysia di setengah lapangan. Namun, Timnas Garuda justru kecolongan gol lebih awal. Secara mengejutkan, pada menit ke-27, Azammuddin bin Mohd Akil berhasil membobol gawang Timnas Garuda.  Gol pertama untuk Harimau Malaya itu berawal dari umpan Mahali Jasuli di sisi kiri pertahanan Indonesia yang ditanduk dengan sempurna oleh Azamuddin yang datang dari sisi kanan.

Bukannya, malah bisa membalas namun tiga menit berselang justru Malaysia menambah pundi-pundi gol. Pada menit ke-30, Mahali Jasuli mampu mengoyak gawang Timnas. Gol kedua bagi Malaysia tercipta berkat umpan terobosan Wan Zack berhasil didapatkan Mahali yang menusuk langsung sampai garis gawang dan menaklukan Wahyu Tri Nugroho. Dua gol sudah Malaysia memimpin pertandingan di Stadion Bukit Jalil ini. Tak berselang lama, peluit panjang tanda pertandingan babak pertama pun bertiup waktuny pemain memasuki ruang ganti.

Adapun pada babak kedua Indonesia tetap tak mampu menghadapi “Sang Harimau”, walaupun Indonesia memiliki beberapa peluang emas. Namun, tak ada satupun diantara peluang itu yang berhasil dimanfaatkan menjadi sebuah gol. Akhirnya, Indonesia pun tersingkir dan tak mampu melangkah ke semifinal setelah dikalahkan Malaysia 2-0 pada pertandingan Piala AFF 2012 Grup B di Stadion Bukit Jalil Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu. Dengan hasil ini, Malaysia bersama dengan Singapura melenggang ke Semifinal. Singapura berhasil mengalahkan Laos 4-2, setelah sebelumnya sempat ketinggalan 2-0.

Lengkap sudah penderitaanku malam ini, setelah motor ngambek, gagal pergi ke Pejaten, kemudian Timnas Garuda takluk dari Malaysia. Sudah jatuh tertimpa tangga kena sambar petir lagi, mungkin ini ungkapan yang lengkap untuk malam minggu kelabuku. This is my Gloomy Sunday. Namun ada sebuah pelajaran yang dapat aku petik dari perjalanan hari ini :

“Barang siapa yang tahu jauhnya perjalanan, hendaklah dia bersiap diri.”

“Segala dimensi kehidupan akan rusak dan hancur apabila dimasuki tokoh politik yang kejam, begitu pula PSSI Vs KPSI dualisme yang tak berkesudahan dan hanya mementingkan egonya masing-masing.”

Belum hilang kesedihan akan gagalnya Timnas, pada malam yang sama Arsenal-ku takluk di kandang sendiri. Swansea, itulah tim yang mengalahkan “Si Gudang Peluru” di Stadion Emirates melalui dua gol cepat pada menit-menit akhir pertandingan. Dua gol Michu berhasil mengkecoh Szcesny, tambah lengkap sudah “Gloomy Sunday-ku.” Dengan beribu kekesalan aku menutup hari ini dan mengakhirinya, aku pun tidur teryenyak sambil berharap besok aku bisa menyervice motor secepatnya.

0 komentar:

Posting Komentar