
Pagi
itu seperti bisa kala “Si Bola Merah” sudah setengah kokoh di singgasananya aku
pun menstarter “istriku” untuk menuju kampus dua. UTS pertamaku adalah
pelajaran Bahasa Arab pelajaran yang sudah aku siapkan sematang mungkin sudah
aku isi peluru di dalam shotgun-ku tinggal mengeluarkan timah panas menghujami
soal demi soal yang akan kuhadapi. Bu Nailil datang membawa soal yang akan
kuhadapi, setelah membagikan soal ini ada rasa senang karena aku sudah siap
tempur soal apapun akan kulawan hingga titik darah penghabisan sampai jiwaku
terbang meninggalkan jasadku. Setelah melihat “musuhku” rasa gembira menyebar
seluruh tubuhku soalnya sesuai prediksi tanpa kesulitan aku menjawab satu
persatu soal ini, sebuah senyum lebar terbentuk dari bibirku rasa bahagia tak
tetara ketika aku mampu menyelesaikan soal ini dalam waktu seperempat jam.
Bukannya tidak ingin membantu mereka teman-teman dalam menjawab tapi alangkah
lebih baiknya bila aku menolong diriku dahulu sebelum menolong mereka, “Teman
Biru-ku” belum aku baca seluruhnya bagaimana menjawab tanpa membaca? Apa yang
aku jadikan dasar menjawab tanpa bacaan? Akhirnya ku kumpulkan kertas putih
yang telah kutahlukan, dengan beribu rasa menyesal karena tak bisa membantu
bocah-bocah aku maju lalu meninggalkan tempat berperangku sambil ditemani suara
“Cie…..cie…cie…”.
Tanpa
berpikir panjang aku pun melanjutkan perjalananku menuju surga Ciputat-ku
(kost) tuk kembali membaca “Teman” biru yang sebentar lagi akan diujiankan.
Kata perkata kalimat perkalimat dan lembar perlembar aku baca sambil berharap
semoga bacaanku ditanyakan pada waktu perang IPOL. Suara adzan terdengar suara
magis masuk kembali ke lubuk sanubariku sebuah panggilan Tuhan kepada hamba-Nya
untuk beribadah. Setelah menunaikan kewajiban sebagai hamba-Nya kembali menuju
kampus dua untuk mendengarkan ceramah dosen IPOL ceramah tentang partisipasi
politik yang terjadi di Indonesia. Sambil menyimak akupun merekam sedikit
penjelasan dengan harapan ada soal yang nyangkut untuk UTS setelah jam
pelajaran beliau.
Pengantar
Ilmu Politik materi ujian yang kuhadapi setelah UTS pertamaku, dengan berjuta
penasaran aku mengayuh langkah menuju Musholla Psikologi sambil bersujud di
hadapan-Nya aku memohon agar diberi kemudahan dalam menjawab ujian ini.
Terimalah doaku Ya Rabb…. Kabulkan permintaanku….. Permudahlah ujianku ini…entah
berapa ratus kalimat harapan, ribuan permohonan dan jutaan pujaan aku haturkan
kepada-Mu Tuhan semesta alam.
Kelas
itu terasa sesak, penuh dengan wajah-wajah calon pemimpin, penuh dengan rasa
penasaran, penuh dengan berjuta pertanyaan tentang ujian ini. Pak Teguh dosenku
yang nan baik ini mulai membagikan Lembar Jawaban Ujian (LJU) kepada
mahasiswanya. Sambil mengisi data di lembaran jawaban, doa tak lupa kupanjatkan
untuk kemudahanku menjawab ujian Bismillah……… Aku memulai menjawab soal. Detik
demi detik berlalu berganti menit, dan jam tak terasa soal yang ditampilkan di
LCD kujawab. Menyesal itu ungkapan yang mungkin bisa menggambarkan rasa yang
berkecambuk di hati ini, ada beberapa soal yang tak bisa ku jawab entah
bagaimana aku harus mengambil pelajaran ujian ini agar tak terulang di kemudian
hari. Akhirnya ku selesaikan jawabanku ini dengan Al-hamdulillah.
0 komentar:
Posting Komentar