Kala sang raja malam masih kukuh di singgasananya, ketika anak-anak adam masih tertidur dengan pulasnya, maka saat itu aku gelisah dalam tidurku. Gelisah yang amat menyakitkan Arsenal tim yang selalu aku support harus kalah dari Norwich tim, kekalahan kedua dalam musim ini setelah kalah dari Chelsea pada dua pertandingan sebelumnya. Satu pelajaran yang dapat diambil “Pertahan terbaik melawan musuh adalah menyerang” Agresif dan terus agresif sampai musuh tak bisa melawan itulah senjata bermain bola menurutku. Akhirnya, dengan rasa beribu kegalauan aku pun tidur sambil berharap kekalahan ini tak terulang kesekian kalinya.
“Belajar dengan mengajar” ya itulah isthilah yang mungkin mewakilkan perasaan bahagia ketika bisa berbagi bersama bocah-bocah kelas. Bagaimana tidak lama sudah aku tak mengajar, sesuatu yang sangat mengasyikkan bagiku, hal yang membawaku melakukan journey ke Kendari untuk mengajar di sana. Masih teringat dalam benakku bagaimana praktek mengajar di Darussalam membentuk sebuah sifat untuk terus berbagi ilmu kepada siapapun tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan, karena imbalan yang terpenting selalu datang dari-Nya Allah S.W.T.
Mataku pun terbangun di pagi hari untuk bersujud dihadapan-Nya meminta agar Tuhan berkenan memberiku nikmat pada hari ini. Setelah berjibaku dengan air aku pun bersiap-siap menghidupkan istriku yang akan menemaniku melaksanakan tugas mulia ini. Kost Tulip itulah tempat yang akan aku tuju sesampai di sana hanya ada satu orang sedangkan yang lain mungkin masih dalam perjalanan, padahal waktu sudah menunjukan pukul 09.00 “JAM NGARET” ungkapan yang mungkin tetap mewakilkan sifat orang Indonesia selalu datang telat dalam acara apapun. Keterlambatan ini harus diubah agar tak menjadi karakter bangsa kita.
Pelajaran yang aku ajarkan tak lain adalah “Bahasa Arab”, bahasa para ahli surga bahasa para nabi bahasa Al-Qur’an bahasan yang sangat indah nilai sastranya. Butuh waktu sejam untuk menunggu kedatangan bocah-bocah kelas dari janji semula pukul 09.00 satu persatu merekapun datang menuju Tulip sambil berharap mendapatkan pemahaman tentang bahasa Arab. Tapi hatiku bersedih sangat mendalam ternyata sebagian kecil dari para muslimah di kelasku mengunakan jilbab hanya sebagai rutinitas untuk masuk kuliah, ketika di luar “mereka” acap kali melepaskan jilbab ini. Miris hati memandangnya Apakah mereka tidak mengetahui indahnya jilbab kala mereka kenakan? Apakah mereka masih beranggapan ah…ah.. entar aja kalau udah bersuami? Tidakkah mereka ketahui nash yang menjelaskan tentang jilbab? Bukankah mereka mengetahui hukumnya? Tidakkah mereka ingin menjadi “perhiasan dunia”? Sampai kapan akan terus begini? Dalam kesedihanku ini aku berdoa “ Ya Allah bukakanlah hati mereka untuk melaksanakan perintah-MU, sadar kanlah mereka tentang pentingnya berjilbab, berikah mereka petunjuk-MU Wahai Tuhan pencipta langit tak bertiang….. Amiinn Yaa Rabba-l-‘aalamiin.
Tiga judul yang kuajarkan kepada mereka Al-kalam, Jumlatul Ismiyah, dan Jumlatul Fi’liyyah. Dengan sabar dan perlahan aku mengajarkan mereka tentang bahasa Arab sambil berharap semoga anak-anak dapat menjawab soal keesokan harinya. Setelah mengajar kurang lebih empat jam akhirnya selesai juga materi yang diajarkan, sebuah kesyukuran karena telah berbagi dengan mereka dan sebuah harapan besar kepada mereka agar terus belajar bahasa Arab terus menerus. Waktu menunjukan pukul 14.00 saatnya aku mengakhiri pelajaran ini, kemudian harus sibuk dengan ujianku esok hari apalagi kalau buka Pengantar Ilmu Politik pelajaran yang bias kubilang agak ribet dan ruwet karena beratnya bahasa yang digunakan sang penulis. Buku karya Prof.Miriam Budiharjo menjadi pacarku malam ini kuelus, kubaca, kuratapi, dan terus ku telusuri halaman demi halaman buku ini sambil berharap apa yang aku baca ditanyakan esok hari.
Tanpa terasa waktu terus berjalan sangat cepat sebuah penyesalan kenapa tidak kubaca buku ini dari dahulu tetapi hanya sebelum ujian saja Ya Allah aku menyesal membuang waktuku tanpa hal yang bermanfaat kemana waktu 24 jam dalam sehari, kemana 7 hariku dalam seminggu, dan 30 hariku dalam sebulan. Dalam penyesalan ini aku berharap tidak terulang lagi, aku harus bias memanfaatkan waktuku semaksimal mungkin seberguna mungkin semanfaat mungkin lalu teringat akau akan firman-Nya :
"Demi massa // Sesunguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian // Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nesehat menasehati supaya menetapi kesabaran.//" AL-‘ASHR 1-3
0 komentar:
Posting Komentar