Ciputat – Malam itu
(18/05), ribuan mahasiswa antuasias menyambut Iwan Setyawan, penulis novel 9
Summers 10 Autumns yang datang menyambangi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai bintang tamu dalam acara talk show motivasi Rossy Goes to Campus.
Bertempat di Aula Prof. Dr. Harun Nasution, ia memaparkan banyak hal mengenai kisah
hidupnya hingga puncak kariernya sebagai Director Internal Client Managementdi
Nielsen Research New York.
Bertindak sebagai pembawa
acara yakni Rosiana Silalahi, ia berhasil menyemarakan acara dan membuat
mahasiswa antusias. Iwan mengatakan bahwa novel ini ditulis untuk keponakannya
supaya mengenal sejarah keluarganya. “Saya iri dengan keponakan saya, mereka
hidup enak sekarang, lalu saya buat buku biar mereka tahu sejarah keluarga
ini,”katanya.
Saat ditanya mengenai
orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya, ia menjawab bahwa ibunya adalah theincridible
person yang mengajarkan banyak hal. “Walaupun ibu tidak lulus SD tapi ia the
incridible person yang selalu mengatakan bahwa hidup akan menjadi lebih
manis apabila diperjuangankan dengan berdarah-darah,”tutur pria kelahiran 2
Desember 1974 tersebut.
Di awal kariernya di New
York ia juga pernah sempet minder saat berbicara bahasa Inggris. “Dulu, waktu
saya ngomong Inggris sering dibilang pardonme, mungkin karena aksen saya
lucu kalinya, tapi bagi saya semakin diremehkan orang justru saya semakin ingin
maju,” ujarnya.
Untuk menunjang kariernya,
Iwan menerangkan bahwa ia selalu totalitas dalam berkerja. “Kalo orang bisa
mengerjakan dalam dua jam, kita harus bisa 30 menit lebih cepat,”terangnya.
Rossy melanjutkan
pertannyaan mengenai Indonesia, lalu pria kelahiran Batu tersebt mengatakan
Indonesia ini negeri yang unique dan indah. “Di Indonesia itu kita
memiliki banyak kultur, kalo ke Jogja makan gudeg, ke Jawa Barat makan serba
ijo-ijo, dan itu tidak saya temukan di negara lain, lalu saya pun semakin jatuh
cinta dengan Indonesia,” tandas peraih buku terbaik Jakarta Book Award 2011
ini.
Lebih lanjut, Setyawan
memaparkan keputusannyauntuk balik ke Indonesia pada 2011 yang sempat dibilang
salah bahkan ada yang bilang saya gila. “This is wrong decision ucap rekan
saya, malah ada yang bilang Are you out of mind?Are you crazy?Namun rasa
cintaku yang jernih pada Indonesia dan tuk tetap dekat bersama keluarga, sudah
cukup menjadi alasanku,” paparalumni IPB jurusan statistika tersebut.
Waktu ditanya mengenai
cita-cita, Iwan menjawab bahwa ia memiliki cita-cita menjadi hansip dan
memiliki kamar pribadi. “Dulu itu, di desa saya yang punya seragam hanya satpam
trus tali pinggangnya gede lagi, bagi saya itu coolditambah saya ingin
memiliki sebuah kamar pribadi untuk belajar dan tidur,” katapencinta yoga ini.
Di akhir acara Iwan
menambahkan satu-satunya cara mengubah nasib seseorang adalah pendidikan, oleh
karena itu saya generasi muda sekarang terus berjuang menjadi seorang intelek.
“The only way to change your future just education, orang keren itu
bukan yang nongkrong di Sevel dan keluar masuk mal tapi orang yang kaya
intelektual, maka jadilah orang kaya sejati yang kaya harta dan kaya
intelektual” tambahnya.
0 komentar:
Posting Komentar